Wanita itu mulia. Dibalik kami para pria yang sukses ada peran hebat mereka dibaliknya. Kalo kata chief di kantor lama ku wanita itu dianugerahi kemampuan multitasking, bisa masak, momong anak, nyuci dan nyapu sekaligus. Dia rela bertaruh nyawa di meja persalinan demi lahirnya generasi baru keluarganya.
Sayangnya di tengah dunia yang semakin gila ini banyak wanita yang merendahkan harga dirinya dengan merusak kebahagiaan pasangan yang tengah berjuang ke jenjang selanjutnya, bahkan yang sudah berkeluarga sekalipun. Pelakor, valakor alias perebut laki orang, itu julukan yang diberikan warganet pada wanita macam ini. Pasangan saya lebih suka menyebutnya dengan wanita ular.
Suatu hari pasanganku bercerita tentang temannya, yang sudah berpacaran selama bertahun tahun, sudah foto prewed segala, bahkan punya usaha berdua tapi tiba tiba si cowok upload foto berpegangan tangan dengan wanita lain dan dengan bangga menuliskan rasa kasmaran nya di caption. Beberapa minggu kemudian tak ada hujan tak ada angin tiba tiba mereka upload foto pernikahan mereka. Ga kebayang kan jadinya udah pacaran bertahun tahun, kemana mana berdua tapi tiba tiba kandas gitu aja dan pasanganmu nikah sama orang lain secepet itu.
Gausah jauh jauh, sebelum berdua denganku pasanganku juga pernah merasakan sakit hati yang sama. Dia dikecewakan oleh mantannya yang udah jalan sama dia selama 4 tahun demi seorang calon pendeta yang kebetulan numpang belajar di gerejanya. Si mantan guguk ini selingkuh di belakang pasanganku, ngelupain 4 tahun yang udah dilewatin gitu aja. Yowes rejekiku kan, wanita sebaik dia kok disia siain (dan si guguk ini gak punya malu, sempet ngemis ngemis minta balikan ke pasanganku padahal dia belum ada kata putus sama selingkuhan kesayangannya itu sementara aku dan pasanganku udah planning untuk maju ke jenjang selanjutnya).
Banyak alesan kenapa mereka milih jadi pelakor. Salah satunya alesan "kemapanan". Yep, realistis dan matrealistis emang mirip tapi bedanya juaaaauuuhhh. Kalo matrealistis dia ngerasa insecure kalo duit pasangannya habis soalnya dia ga bisa pake duit pasangannya untuk kesenangan pribadinya tanpa mikir hajat hidup orang lain, sementara realistis itu ngerasa insecure kalo pasangannya ga bisa nyukupin semua kebutuhan harian karena pasangannya nggampangin segala sesuatu. Banyak yang kejebak gaya hidup sampe rela ngerendahin dirinya sendiri dan ngerebut kebahagiaan orang lain demi rasa aman secara finansial. Duit itu bisa dicari tapi rasa bersalah seumur hidup ga bakal bisa ditebus pake materi apapun (ya kecuali kalo emang ga punya malu ya terus dengan bangganya upload foto hasil perselingkuhannya bahkan sampe ngelabrak pasangan resmi selingkuhannya).
Alesan lainnya ya karena emang ga punya malu dan kemakan omongannya buaya darat. Ini yang parah. Mereka mengatasnamakan kesucian cinta untuk membenarkan perselingkuhan yang mereka lakukan. Cinta itu sakral, tapi apakah masih bisa disebut sakral kalo dibangun dengan pamrih, nafsu, bahkan dibangun diatas air mata dan rasa sakit. Perselingkuhan selalu berakhir tidak baik. Apabila pelaku selingkuh lebih memilih selingkuhannya maka pasangan resminya yang akan merasakan sakit hati, tetapi sebaliknya apabila pelaku selingkuh memilih kembali ke pasangannya maka si selingkuhan lah yang akan merasa sakit.
Aku sebagai seorang pria selalu berpandangan bahwa satu orang wanita cukup untuk satu orang pria. Bersyukur itu kuncinya. Sudah berapa pria yang jauh jauh jauh lebih baik yang dia tolak demi membalas cintamu. Jika mulai ada godaan dari luar maka ingatlah bahwa pasanganmu itu sangat berharga dan rela menemanimu menua berdua hingga akhir hayat.
KDR 23/9/17
20:36