Sabtu, 27 Mei 2017

Transisi

Namanya transisi itu pasti tidaklah mudah. Apalagi setelah sekian lama kau berada dan bergelut di dalamnya. Paling gak itu yang aku rasakan sekarang. Selesai kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di ibukota provinsiku aku diterima kerja di departemen teknik salah satu maskapai swasta yang identik dengan warna putih dan merahnya. Awal masuk aku bergabung di departemen yang membuat semua perkakas dan tool yang digunakan dalam proses  maintenance pesawat terbang. 4 bulan kemudian aku mendapat kesempatan untuk disekolahkan spesialisasi pesawat terbang type rating Level 3 ATR72-212A. Seharusnya jika aku masuk ke perusahaan ini dengan membawa basic license (kayanya dijelasin di postingan lain aja yak soal basic license dan engineer license) aku bisa mengajukan diri untuk ikut ujian AMEL ke DSKU Kemenhub. Awalnya sempet minder karena diantara sekelas yang ga punya basic license cuma 3 orang : aku, Apoy rekanku satu departemen, sama Mas Andri, orang Kemenhub yang ikut course di sini. Hasil trainingnya diluar dugaan, Apoy finish peringkat satu, aku di peringkat dua sekelas... wakakaka

Tak ingin ilmuku hilang karena jarang dipakai aku mengajukan diri ke asisten manajerku untuk pindah mengisi pos System and Mechanical Engineering yang kosong ditinggalkan rekanku yang resign. Begitu pindah ke spesialisasi baru aku mendapatkan lagi training Aircraft Maintenance Inspector yang sebenarnya hanya diperuntukkan buat engineer engineer senior yang akan menempuh stamp inspector nya. Aku sangat menikmati berada di pos ini karena pada dasarnya penerbangan adalah bidang favoritku dan masuk ke System and Mechanical Engineering adalah salah satu jalan untuk mempersiapkan diri ikut ujian basic license. Di spesialisasi ini aku berduet dengan Mas Anto (sukses rating Boeing 737nya vroh ✌🏻) rekanku dari Powerplant Engineering yang diplot menjadi PIC ku. Berdua kami berduet mencari case reliability yang related dengan sistem di pesawat seperti hidrolik, landing gear, flight control, pneumatic, water and waste. Kebayang gak sih kuliah 4 tahun ngublekin sistem di kapal laut terus kerjanya ngublekin sistem di pesawat? 😂

Karena satu dan lain hal manajemen memutuskan aku harus pindah lagi untuk mengisi kekosongan di divisi cabin engineering. Sempat ada sedikit cekcok karena perpindahanku terkesan "dipaksakan". Meskipun pada dasarnya aku kurang sreg aku tetap berusaha profesional dalam menyelesaikan pekerjaanku. Mulai dari mengurus program cabin refurbishment shop hingga membuat layout pesawat jet pribadi CEO kita tercinta yang sekarang jadi dubes di negeri jiran. Hingga datanglah saat itu, dimana kakak kelasku menawarkanku pekerjaan yang dekat dengan rumahku. Momen yang pas di tengah kondisi ibuku yang masih berjuang melawan penyakitnya dan butuh pendampingan. Aku tak ingin jadi anak durhaka dengan mengutamakan keegoisanku dalam berkarir dan mengejar AMEL sehingga mau tak mau aku harus merelakan mimpiku menjadi 10 ribu manusia terpilih diantara 200 juta penduduk Indonesia.

Perusahaan baruku adalah perusahaan otomotif, sehingga aku benar benar perlu masa transisi dari dunia penerbangan ke dunia otomotif. Aku harus benar benar belajar lagi dari 0, ini tantangannya. Seperti kata orang, belajarlah hingga ke liang kubur, ini pula yang harus kulakukan sekarang. Masa transisi memang selalu tidak mudah tapi percayalah jika kau bisa mengatasinya maka kau adalah manusia luar biasa yang sanggup menghadapi segala tantangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar