Kamis, 22 Juni 2017

Farewell Sir

Pemimpin yang baik akan selalu dikenang, dihormati, dan dicintai orang yang dipimpinnya. Atasan langsungku di perusahaan tempatku berkantor sekarang dan perusahaan sebelumnya adalah dua contoh pemimpin baik yang selalu dikenang, dihormati dan dicintai anak anak dan rekan kerjanya. Baiklah, akan sedikit kuceritakan tentang mereka berdua, sosok kebapakan yang (meskipun tak sepenuhnya tetapi) dapat menggantikan (sebagian kerinduanku) akan sosok seorang bapak sepeninggal ayah. 

Yang pertama adalah asisten manajerku saat aku masih tergabung di tim development engineer salah satu maskapai swasta. Sebut saja nama beliau Pak MA. Beliau orang asli Purwakarta, Jawa Barat. Rekan sejawatnya akrab menyapa beliau dengan nama julukan "Mambo", tetapi kami anak anak beliau lebih akrab memanggil beliau dengan panggilan sayang "Babeh" atau "Papi". Beliau adalah salah satu engineer penerbangan kawakan yang dimiliki negeri ini, memegang lengkap basic license (ps : yang masih bingung soal basic license baca postingan sebelumnya yak? ✌🏻) Airframe Powerplant dan Instrument Electrical Radio and Avionic. Meskipun sudah jago dalam berbagai bidang beliau adalah sosok yang rendah hati. Setiap kali meeting beliau selalu menekankan "saya sama aja kok kaya kalian... masih sama sama harus banyak belajar". Pertama kali interview kerja di maskapai penerbangan ini beliaulah user yang mewawancaraiku. Pembawaannya yang berwibawa dan sangar (mirip Ken Watanabe waktu jadi Katsumoto di The Last Samurai) mendadak berubah jadi pribadi yang ramah, murah berbagi ilmu dan kocak saat bekerja bersama beliau dalam satu tim. Tak pernah sekalipun beliau memarahi anak anaknya, hanya ungkapan kecewa setengah berkelakar "gimaaana sih say? masa kaya gini?" untuk kemudian mengajari anak anaknya sampai bisa. Beliau tak pernah membatasi anak anaknya untuk berkembang sekalipun itu mengharuskan beliau berpisah dengan beberapa anak anaknya, termasuk aku. Saat aku memutuskan resign dari tempat lamaku maka beliaulah orang pertama yang kupamiti dengan pesan singkat "Beh, saya pamitan ya..." dan kemudian beliau langsung menelepon saya secara pribadi. Ya, beliau benar benar sudah seperti bapak kami sendiri baik di dalam maupun di luar kantor.

Sore ini aku baru saja menghadiri undangan farewell party atasan langsungku yang kedua, manajer manufaktur di perusahaanku sekarang. Sebut saja beliau Pak RP, ahli maintenance yang sudah 21 tahun makan asam garam di bidangnya. Ada 3 pesan beliau yang begitu mengena buatku tadi sore.
1. Jangan sekali sekali mendewakan IPK. Mereka cuma sederet angka diatas kertas, ga lebih. Yang terutama adalah rasa bodoh abadi dan kerja keras untuk mencapai kesuksesan.
2. Cintailah pekerjaanmu seperti kau mencintai hobimu, maka kamu akan memberikan kontribusi terbaikmu tanpa beban.
3. Langkah masa depanmu dimulai dari satu langkah kecilmu saat ini.
Beliau ini secara personal mirip dengan Pak MA, hobi guyon. Bahkan saat aku interview pun untuk menyampaikan bahwa aku diterima tidak langsung to the point tapi diawali dulu dengan kelakar "kon mambengi lapo mas? turu jam piro? ngimpikne aku gak? soale keputusane awm diterimo kerjo di kantor ini".

Hari ini adalah kehilangan terbesar bagi kami, terlebih bagiku karena satu lagi sosok inspiratif harus undur diri dari dunia kerja. But then, life must go on. Dedikasi dan kontribusi beliau berdua adalah contoh nyata pengabdian ke perusahaan dan masyarakat. Semoga aku tetap bisa meneladani semangat dan etos kerja beliau berdua.

Farewell, sir
JBU Always

Tidak ada komentar:

Posting Komentar